
Yogyakarta – Dalam upaya mendukung ketahanan pangan dan keberlanjutan sektor akuakultur, tim peneliti dari Departemen Perikanan, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) melakukan inovasi pemanfaatan limbah organik, khususnya bulu ayam, sebagai bahan baku alternatif pakan ikan. Penelitian berjudul “Analisis Proksimat dan Asam Amino pada Olahan Ayam Tepung Bulu untuk Pakan Ikan” ini berfokus pada pemrosesan limbah bulu ayam melalui metode fermentasi dan hidrolisis untuk meningkatkan kandungan nutrisinya. Limbah bulu ayam, yang selama ini dianggap tak bernilai dan mencemari lingkungan, kini dibuktikan dapat diubah menjadi produk yang bermanfaat dan berpotensi menggantikan sebagian kebutuhan bahan baku pakan ikan yang mahal.
Limbah bulu ayam diperoleh dari Rumah Pemotongan Ayam (RPA) Berbah, Sleman, dan diolah melalui beberapa tahapan bioteknologi. Peneliti mengaplikasikan metode fermentasi menggunakan probiotik serta proses hidrolisis kimia menggunakan asam klorida dan natrium hidroksida untuk memecah struktur keratin yang sangat resisten. Setelah proses pengolahan, tepung bulu ayam dianalisis menggunakan uji proksimat untuk mengetahui kadar air, abu, lemak, dan protein, serta analisis asam amino dengan menggunakan teknologi canggih Liquid Chromatography Mass Spectrometry (LC-MS). Penelitian ini bertujuan menilai sejauh mana metode tersebut mampu meningkatkan kualitas nutrisi bahan baku pakan.
Hasil menunjukkan bahwa fermentasi dengan probiotik merupakan metode paling efektif dalam meningkatkan kualitas nutrien tepung bulu ayam. Kandungan protein kasar pada hasil fermentasi tercatat mencapai 78,18%, menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan metode lainnya. Selain itu, kadar asam amino esensial juga menunjukkan hasil yang menggembirakan, antara lain isoleusin sebesar 14.763,26 µg/g, histidin sebesar 12.043,83 µg/g, glisin sebesar 326,51 µg/g, metionin sebesar 138,17 µg/g, arginin sebesar 33.321,63 µg/g, fenilalanin sebesar 22.815,65 µg/g, dan leusin sebesar 44.511,41 µg/g. Kandungan tersebut mengindikasikan potensi besar tepung bulu ayam fermentasi sebagai sumber protein berkualitas tinggi.
Penelitian ini tidak hanya memberikan solusi atas masalah limbah peternakan, tetapi juga menawarkan alternatif bahan pakan yang lebih ekonomis dan berkelanjutan. Sebagaimana diketahui, biaya pakan merupakan komponen terbesar dalam budidaya ikan, mencapai 60–70% dari total biaya produksi. Dengan memanfaatkan by-product seperti bulu ayam yang diolah melalui fermentasi, diharapkan efisiensi ekonomi dapat dicapai tanpa mengorbankan kualitas pakan dan pertumbuhan ikan. Namun demikian, efektivitas pemberian pakan ini terhadap performa biologis ikan seperti pertumbuhan, efisiensi konversi pakan (FCR), kecernaan, dan status kesehatan ikan masih perlu diteliti lebih lanjut. Para peneliti menyadari bahwa meskipun kandungan nutrisi tinggi telah berhasil dicapai, kecernaan protein dari bulu ayam masih menjadi tantangan besar. Struktur keratin pada bulu ayam sangat sulit diurai oleh sistem pencernaan ikan, sehingga dibutuhkan pendekatan bioteknologi lanjutan seperti pemanfaatan mikroba spesifik atau enzim proteolitik yang lebih efisien dalam menghidrolisis keratin.
Dr. Desy Putri Handayani, S.Pi., salah satu peneliti utama dalam studi ini, menyampaikan bahwa pemanfaatan limbah atau by-product sebagai sumber pakan merupakan langkah strategis dalam menurunkan biaya produksi budidaya perikanan. “Namun demikian, pemanfaatan bulu ayam membutuhkan penelitian jangka panjang karena daya cerna bahan ini masih rendah. Diperlukan pendekatan seperti fermentasi mikroba atau teknologi hidrolisis enzimatik yang lebih aman dan efisien,” jelasnya. Beliau menambahkan bahwa potensi bulu ayam sebagai sumber protein pakan sangat besar, namun tantangan teknis masih harus dipecahkan secara ilmiah. Penelitian ini mendapatkan dukungan finansial dari Program Peningkatan Kompetensi Doktor Universitas Gadjah Mada. Penelitian ini merupakan bentuk komitmen UGM dalam mendorong inovasi riset terapan yang berorientasi pada keberlanjutan dan pemberdayaan sumber daya lokal. Diharapkan, hasil penelitian ini dapat menjadi pijakan awal bagi pengembangan pakan ikan berbasis limbah organik yang bernilai tambah tinggi dan berkelanjutan di masa depan. Penelitian ini sejalan dengan tujuan global atau SDGs pada poin ke-2 : Mengakhiri Kelaparan, poin ke-9: Infrastruktur, Industri, dan Inovasi, poin ke-12 : Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab, serta poin ke-14: Menjaga Ekosistem Laut.
Penulis : Rafi Sukma Aulia
Editor : Dr. Mukti Aprian, S.Kel., M.Si. (Han).